Arkeolog Ini Kritik Kampus di Aceh karena Tidak Buka Jurusan Arkeologi

Sabtu, 04 Oktober 2025 09:20
Arkeolog pada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Kementerian Kebudayaan RI, Ambo Asse Ajis. (Foto: Antara)

BANDA ACEH – Arkeolog pada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Kementerian Kebudayaan RI, Ambo Asse Ajis mendorong perguruan tinggi di Aceh mendirikan jurusan khusus arkeologi, langkah ini penting mengingat Aceh menjadi kiblat kebudayaan Islam di nusantara.

“Perguruan tinggi di Aceh perlu mendirikan jurusan khusus arkeologi ini, karena minat dari generasi muda cukup banyak,” kata Ambo Asse Ajis, Jumat (3/10/2025).

Dirinya menyampaikan, sementara ini di Aceh baik itu pada kampus UIN Ar-Raniry maupun Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh hanya memiliki jurusan kebudayaan secara umum, tidak khusus belajar tentang arkeologi.

Seharusnya, lanjut anggota Perhimpunan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Aceh dan Sumatera Utara itu, Aceh tidak boleh kalah dengan Provinsi Jambi atau Sumatera Barat yang baru saja mendirikan jurusan Arkeologi. Padahal, kekayaan kebudayaan lebih tinggi di Aceh.

“Padahal minatnya banyak, setiap tahun ada saja mahasiswa yang membuat skripsi tentang arkeologi, tetapi mereka tidak bisa mengkaji lebih dalam, karena jurusannya memang sebatas sejarah dan kebudayaan. Bukan arkeologi,” ujarnya.

Dirinya menegaskan, pemahaman tentang arkeologi sangat penting bagi Aceh, karena daerah paling barat Indonesia ini merupakan kiblat kebudayaan Indonesia. Tetapi, sangat disayangkan hingga hari ini tidak memiliki wadah pendidikannya.

“Kajian-kajian peradaban Islamologi itu sumbernya di Aceh. Menteri Kebudayaan juga bilang demikian kalau kajian tentang Islam itu ada di Aceh. Tetapi, kita tidak punya disiplin ilmu tentang itu, bagaimana kemudian menyiapkan pakar-pakar arkeologi Islam kita,” katanya.

Selain itu, Ambo juga menegaskan bahwa pendirian jurusan arkeologi di Aceh memang sebuah keharusan. Apalagi, pakar arkeologi di Aceh hari ini masih cukup minim. Di UIN Ar Raniry tidak lebih dari 10 orang, dan USK hanya ada satu orang yakni Prof Husaini Ibrahim.

“Tetapi, kalau punya jurusan arkeologi, maka akan lahir profesor yang dapat membantu menarasikan Aceh secara akademik dari ilmu arkeologi. Maka, pendirian jurusan bidang ini sangat dibutuhkan di Aceh,” demikian Ambo Asse Ajis.

Sumber: Antara

Berita Terkait