Digitalisasi Kilang Padi Desa Pinto Makmur Ubah Wajah Ekonomi Aceh Utara

Senin, 15 September 2025 11:19
Foto: Ist/WartAceh.com

ACEH UTARA – Tim dosen Universitas Malikussaleh berhasil membawa perubahan signifikan bagi pelaku agroindustri di Desa Pinto Makmur, Kecamatan Muara Batu, melalui program pengabdian masyarakat bertema “Pembinaan Digitalisasi Agroindustri Kilang Padi Menuju Era Ekonomi 5.0.”

Program yang berlangsung sejak Agustus hingga September 2025 ini berfokus pada peningkatan kemampuan digital pelaku usaha mikro agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan memperluas pasar melalui platform daring.

Sebelum program berjalan, pengelolaan kilang padi di desa tersebut masih dilakukan secara tradisional. Pencatatan stok dan keuangan masih manual, promosi hanya dari mulut ke mulut, dan penjualan terbatas pada pasar lokal.

Melihat kondisi ini, tim pengabdian yang dipimpin oleh Muhammad Authar ND SP MP bersama Sakral Hasby Puarada SP MSc, Barmawi SP MSi, Handayani dan Ihwal Faiz selaku anggota tim melakukan pelatihan serta pendampingan intensif untuk membantu masyarakat beralih ke sistem digital.

Pelatihan mencakup penggunaan aplikasi pencatatan digital, pengenalan marketplace seperti Shopee dan Tokopedia, serta strategi promosi melalui media sosial. Peserta juga diajarkan membuat konten promosi, mendesain kemasan produk, dan mengelola akun Instagram, Facebook, serta TikTok. Kini, sebagian besar peserta memiliki toko online aktif dan mulai memasarkan beras mereka secara digital.

Menurut Ketua Tim, Muhammad Authar ND, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan transformasi cara berpikir masyarakat desa.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya bisa menggunakan teknologi, tetapi memahami bagaimana teknologi dapat meningkatkan nilai tambah usaha mereka. Digitalisasi bukan soal ikut tren, tapi cara membangun daya saing lokal agar produk desa bisa bersaing di pasar yang lebih luas,” ujarnya

Program ini terbukti memberikan dampak positif. Berdasarkan evaluasi, keterampilan digital peserta meningkat signifikan. Mereka kini mampu mencatat transaksi lebih rapi, mengelola stok dengan efisien, dan memahami strategi pemasaran digital. Dampak lain yang terlihat adalah meningkatnya volume penjualan dan meluasnya jangkauan pasar, bahkan hingga ke luar daerah.

Salah satu peserta, mengaku pelatihan ini membuka peluang baru bagi usahanya.

“Awalnya saya pikir teknologi itu rumit dan hanya untuk orang kota, tapi setelah ikut pelatihan ini, saya bisa membuat toko di Shopee sendiri. Rasanya bangga sekali.”ujarnya.

Selain peningkatan keterampilan individu, kegiatan ini juga mendorong kolaborasi lintas generasi. Pemuda desa kini aktif membantu promosi digital dan pembuatan konten, sementara pelaku usaha senior fokus pada produksi. Sinergi ini menciptakan ekosistem ekonomi digital yang hidup dan saling mendukung. Menurut Authar, keterlibatan pemuda menjadi kunci keberlanjutan.

“Mereka adalah agen perubahan di era digital. Ketika pemuda dan pelaku usaha bersatu, desa bisa menjadi motor ekonomi baru,” ujarnya.

Dari sisi kelembagaan, Universitas Malikussaleh memperkuat perannya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui kegiatan ini. Pengalaman lapangan dijadikan bahan ajar dan model pembinaan baru untuk program pengabdian berbasis teknologi tepat guna. Selain itu, kolaborasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara serta pemerintah desa memperkuat jejaring antara akademisi, birokrasi, dan masyarakat.

Beberapa luaran konkret dari program ini antara lain produk beras dengan kemasan baru, akun marketplace aktif, konten promosi digital, serta modul pelatihan digital marketing sederhana. Tim juga menyiapkan publikasi ilmiah dan dokumen kerja sama formal antara universitas dan mitra usaha. Capaian ini menunjukkan bahwa digitalisasi dapat meningkatkan daya saing usaha mikro dengan biaya rendah namun dampak tinggi.

Meski hasilnya menggembirakan, tim mencatat masih ada kendala seperti keterbatasan jaringan internet dan perlunya pendampingan lanjutan dalam pengelolaan toko online. Karena itu, Universitas Malikussaleh telah menyiapkan rencana tindak lanjut berupa pelatihan lanjutan digital marketing, pengembangan model bisnis kolaboratif, serta pembentukan komunitas digital desa. Program ini juga akan diseminasi melalui seminar dan media publik untuk mendorong replikasi di wilayah lain.

Transformasi digital kilang padi di Desa Pinto Makmur menjadi bukti bahwa masyarakat desa mampu beradaptasi dengan tuntutan Era Ekonomi 5.0. Digitalisasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga perubahan pola pikir dan kemandirian ekonomi. Produk beras lokal kini tak hanya beredar di pasar tradisional, tetapi juga menembus pasar daring dengan kemasan modern dan identitas merek yang kuat.

Dalam penutupan kegiatan, Authar menyampaikan harapannya agar inisiatif ini menjadi langkah awal menuju kemandirian digital desa.

“Kami berharap apa yang dimulai hari ini tidak berhenti di pelatihan, tetapi menjadi kebiasaan baru dalam mengelola usaha. Ketika masyarakat sudah mandiri secara digital, ekonomi desa akan tumbuh dengan sendirinya,” pungkasnya.(ds)

Berita Terkait