Ibu Rumah Tangga di Desa Paloh Gadeng Dibimbing Mengolah Pepaya Bernilai Ekonomis

Rabu, 01 Oktober 2025 15:20
Kegiatan pengabdian dosen Unimal untuk ibu rumah tangga di Desa Paloh Gadeng Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. (Foto: Ist/WartaAceh.com)

ACEH UTARA – Desa Paloh Gadeng, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara menjadi tuan rumah sebuah kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “KRISUS Carica Papaya: Katalisator Kreativitas Ibu Rumah Tangga untuk Kemandirian Ekonomi Berkelanjutan dalam Mendukung Pencapaian SDGs”, Rabu (1/10/2025). Program ini hadir sebagai upaya nyata untuk memperkuat kemandirian ekonomi perempuan di pedesaan melalui pemanfaatan potensi lokal.

Kegiatan tersebut dipimpin oleh Fakhrah, MPd, sebagai ketua pelaksana, didampingi oleh tim yang terdiri dari Ratna Unaida, MPd, Henni Fitriani, MPd, dan Hayatun Nufus, MPd. Mereka berkomitmen membimbing para ibu rumah tangga agar mampu mengolah pepaya (Carica papaya) menjadi produk bernilai tambah.

“Kami ingin mengubah cara pandang masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, bahwa pepaya bukan sekadar buah konsumsi, tetapi sumber kreativitas ekonomi,” jelas Fakhrah.

Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung di balai desa dengan suasana penuh antusiasme. Para ibu rumah tangga terlihat bersemangat mengikuti setiap sesi, mulai dari pelatihan hingga praktik langsung.

“Awalnya saya kira pepaya hanya bisa dibuat jus atau dimakan segar. Ternyata bisa diolah menjadi keripik, selai, bahkan produk kecantikan,” ujar Siti Rahmah, salah seorang peserta.

Tujuan utama program ini adalah memberdayakan perempuan melalui inovasi berbasis kearifan lokal. Fakhrah menekankan, pemberdayaan tersebut sejalan dengan upaya mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).

“Kemandirian ekonomi keluarga akan memperkuat kesejahteraan desa. Ketika perempuan berdaya, maka pembangunan berkelanjutan lebih mudah tercapai,” katanya.

Selain pelatihan pengolahan pepaya, kegiatan juga menghadirkan diskusi kelompok. Ibu-ibu diajak membahas strategi pemasaran produk lokal, baik secara tradisional maupun melalui platform digital.

“Dengan keterampilan dan wawasan ini, kami berharap tercipta rantai ekonomi baru di desa,” ungkap Ratna Unaida, anggota tim pelaksana.

Ratna menambahkan, produk olahan pepaya yang dihasilkan dapat dipasarkan tidak hanya di lingkungan sekitar, tetapi juga menjangkau pasar yang lebih luas melalui media sosial.

“Kita hidup di era digital, jadi peluang memasarkan produk secara online harus dimanfaatkan,” tegasnya.

Kegiatan ini juga menjadi bentuk nyata implementasi Tri Dharma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat. Universitas Malikussaleh sebagai lembaga fasilitator menegaskan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dengan masyarakat desa.

“Kami ingin membuktikan bahwa kampus bukan menara gading, melainkan bagian dari solusi masalah ekonomi rakyat,” tutur Henni Fitriani.

Program KRISUS Carica Papaya dibiayai melalui dana PNBP Universitas Malikussaleh tahun pendanaan 2025. Dukungan ini memperlihatkan kepedulian perguruan tinggi dalam menciptakan dampak nyata bagi masyarakat.

“Dana ini bukan hanya angka dalam laporan, melainkan wujud investasi sosial untuk masa depan desa,” ujar Hayatun Nufus.

Para peserta mengaku sangat terbantu dengan kegiatan ini. Mereka merasa lebih percaya diri untuk mencoba usaha kecil berbasis olahan pepaya.

“Saya ingin membuat produk selai pepaya dengan kemasan menarik. Kalau bisa dipasarkan secara online, saya yakin ada pembeli,” kata Nurhayati, ibu rumah tangga lainnya.

Suasana pelatihan semakin hidup ketika para peserta mencoba langsung proses pembuatan keripik pepaya. Gelak tawa terdengar ketika beberapa ibu kesulitan mengatur tingkat kematangan buah. Namun, pengalaman tersebut membuat mereka semakin bersemangat.

“Belajar bersama seperti ini sangat menyenangkan. Ada ilmu baru sekaligus kebersamaan,” tutur Cut Aisyah, peserta pelatihan.

Kepala Desa Paloh Gadeng, yang turut hadir dalam kegiatan, menyampaikan apresiasi tinggi.

“Kami bangga desa kami dipilih sebagai lokasi program ini. Semoga ibu-ibu bisa menjadi motor penggerak ekonomi keluarga dan masyarakat,” ujarnya.

Dengan berakhirnya rangkaian pelatihan, harapan besar tersemat pada para ibu rumah tangga Desa Paloh Gadeng. Program KRISUS Carica Papaya tidak hanya meninggalkan keterampilan baru, tetapi juga semangat untuk mandiri secara ekonomi.

“Ini baru permulaan. Kami berharap desa lain bisa mereplikasi model pemberdayaan seperti ini,” pungkas Fakhrah.(ds)

Berita Terkait