3 Kecamatan di Bener Meriah Kembangkan Budidaya Nilam

Jumat, 25 Oktober 2019 18:02

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BENER MERIAH</span> – Pemerintah Kabupaten Bener Meriah saat ini mulai melirik prospek budidaya tanaman nilam untuk dikembangkan di daerah itu, khususnya terhadap wilayah-wilayah yang selama ini tidak cocok untuk budidaya tanaman kopi.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Bupati Bener Meriah, Sarkawi dalam diskusi prospek budidaya nilam bersama pihak terkait di Oproom setdakab setempat, Jumat (25/10/201), mengatakan ada tiga kecamatan di daerah itu yang dinilai potensial untuk pengembangan budidaya nilam.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kecamatan Mesidah, dan Kecamatan Syiah Utama. Ini adalah kecamatan-kecamatan yang cukup potensial untuk penanaman nilam dan tidak baik untuk tanaman kopi," kata Sarkawi.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Menurutnya, budidaya tanaman nilam sebenarnya sudah pernah ada di Bener Meriah sejak lama, khususnya di wilayah Kecamatan Pintu Rime Gayo.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Di wilayah ini pula, kata Sarkawi, budidaya tanaman kopi sebagai komoditi unggulan pertanian di sana tidak dapat tumbuh dengan baik, sehingga dinilai akan lebih potensial untuk pengembangan budidaya nilam.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Produk nilam sebetulnya sudah ada sejak lama di Dataran Tinggi Gayo. Puluhan tahun lalu, khususnya di wilayah Kecamatan Pintu Rime Gayo, tepatnya di Km 40. Itu sudah lama dikenal sebagai tempat produksi nilam di Bener Meriah," tutur Sarkawi.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Sarkawi menjelaskan budidaya nilam di wilayah kecamatan tersebut akhirnya ditinggalkan saat konflik Aceh berkecamuk.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Ketika reformasi bergulir dan konflik Aceh ketika itu, harga pasar menurun, sehingga tanaman ini agak tertinggal," sebut Sarkawi.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Dia berharap budidaya tanaman nilam kedepannya dapat menjadi salah satu unggulan pertanian di sana selain kopi, sehingga dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sana.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Karena menurut Sarkawi, khusus untuk wilayah-wilayah yang tidak cocok bagi budidaya tanaman kopi di daerah itu, selama ini belum dapat maksimal menghasilkan produk pertanian yang potensial.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Oleh sebab itu kita berusaha mencarikan solusi untuk masyarakat setempat, agar mereka bisa bersaing dan bersanding dengan saudara-saudara mereka yang ada di kecamatan lain dalam Kabupaten Bener Meriah," ujarnya.</p>