Bahan Makanan Pemicu Inflasi di Aceh

Selasa, 05 Juni 2018 07:57

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH</span> – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kelompok bahan makanan menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi selama bulan Mei tahun 2018 sebesar 0,69 persen di Aceh.
</p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Meningkatnya indeks harga konsumen di semua kelompok pengeluaran, seperti bahan makanan 1,8 persen telah menyebabkan inflasi 0,69 persen," ucap Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Senin. (4/6/2018)</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Ia menyebut, inflasi 0,69 persen tersebut merupakan agregat di Aceh. Sebab dari tiga kota yang dihitung, seperti Banda Aceh mengalami inflasi 0,72 persen, Meulaboh terjadi inflasi 0,57 persen, dan Lhokseumawe inflasi 0,69 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Selain kelompok bahan makanan, lanjutnya, inflasi juga dialami kelompok yang lain, yakni sandang sebesar 1,14 persen, tranpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,47 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,06 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,04 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga inflasi 0,01 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Terdapat 186 jenis barang dan jasa yang termasuk ke dalam kelompok-kelompok itu menunjukkan terjadi peningkatan harga, dan 67 jenis barang dan jasa mengalami penurunan harga dari total 253 jenis.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Beberapa komoditas mengalami peningkatan harga di Mei antara lain, tongkol memberi andil 0,1114 persen, daging ayam ras 0,0923 persen, jeruk 0,0899 persen, angkutan udara 0,0814 persen, tomat sayur 0,0551 persen, dan teri 0,0379 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Komoditas mengalami penurunan harga, yaitu cabai merah dengan andil deflasi 0,0955 persen, cabai rawit 0,0522 persen, bawang putih 0,0226 persen, cabai hijau 0,0175 persen, dan kacang panjang 0,0141 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Untuk komponen inti di Aceh pada Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,27 persen, sedangkan komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi 0,80 persen, dan komponen bergejolak mengalami inflasi 1,78 persen," kata Wahyudin.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Secara urutan inflasi tertinggi di Indonesia, Banda Aceh di urutan ke-10, Lhokseumawe pada urutan ke-13, dan Meulaboh di urutan ke-15," ujarnya, melegkapi.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan stabilitas harga pangan telah memberikan kepastian terhadap pengendalian laju inflasi yang pada Mei 2018 tercatat sebesar 0,21 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Stabilitas harga pangan dan pasokan bisa memberikan tingkat kepastian," kata Sri Mulyani di Jakarta</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Sri Mulyani mengatakan laju inflasi pada Mei tersebut atau pada awal periode Ramadhan ini relatif rendah dibandingkan pencapaian sebelumnya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Untuk itu, ia menyambut baik hasil koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia yang selama ini telah menjaga inflasi tetap rendah guna menjaga daya beli masyarakat.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kita sambut gembira bahwa memasuki Ramadhan dan mendekati Lebaran hanya 0,21 persen. Tahun lalu menjelang lebaran bisa hampir setengah persen," kata Sri Mulyani.</span></p>