Industri di Aceh Belum Manfaatkan Limbah Ikan
Rabu, 14 November 2018 19:02 <p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH </span>- Sejumlah pelaku industri pengolahan perikanan laut dari Aceh mengaku, hingga kini belum bisa memanfaatkan limbah ikan menjadi industri hilir yang menimbulkan nilai tambah, seperti suatu produk yang siap pakai.
</p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Teuku Arizal (45), pemilik pengolahan ikan dalam skala rumahan di Lamdingin, Banda Aceh, Rabu (14/11/2018 mengatakan, pihaknya telah mengerti bahwa limbah ikan bisa diolah menjadi tepung ikan. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kendala kami, ada di mesin yang terlalu mahal harganya. Selama ini limbah ikan, seperti kepala, kulit, isi perut, dan lain-lain, cuma jadi pakan ternak," ujarnya. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Dalam sehari, ia mengaku, bisa memproduksi ikan asin, dan ikan "keumamah" khas Aceh dengan bahan baku ikan segar sekitar satu ton yang melibatkan pekerja empat orang berasal dari warga setempat. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Dari satu ton ikan segar tersebut, lanjutnya, cuma bisa diambil dagingnya yang berjumlah sekitar 300 kilogram untuk kemudian diolah menjadi ikan asin, dan ikan "keumamah". </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kalau kita banyangkan, hampir 700 kilogram kita buang percuma ke peternak, seperti bebek. Walau petenaknya datang sendiri untuk ambil limbah ikan ke tempat usaha kita," kata dia. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Muhammad Nur Usman (65), pemilik salah satu sentra produksi ikan di Lampulo, Banda Aceh, mengaku, pihaknya telah paham akan kebijakan "blue economy" dengan memanfaatan limbah perikanan. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Ia menuturkan, tulang ikan kambing-kambing bisa dimanfaatkan sebagai gelatin merupakan protein yang larut, dan bersifat sebagai bahan pembuat gel. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kami belum terlalu jauh berpikir ke situ. Salah satu seababnya, karena ketiadaan mesin untuk mengolah limbah ikan ini. Makanya hingga kini belum bisa kita manfaatkan," katanya. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong mengoptimalkan pemanfaatan limbah sawit untuk bahan baku pakan ikan, guna mengurangi impor tepung ikan yang selama ini dinilai cukup tinggi. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto tahun ini mengatakan, mulai tingginya minat penggunaan pakan ikan mandiri menuntut pemenuhan kebutuhan bahan baku pakan secara kontinyu. </span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kondisi ini masih menjadi tantangan para pelaku usaha pakan mandiri di beberapa daerah," katanya saat menyampaikan hasil kunjungan kerjanya di Kabupaten Kampar, Riau.</span></p>