Singapura Pemasok Terbesar Barang Impor ke Aceh

Kamis, 09 Agustus 2018 22:53

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH</span> – Singapura telah menjelma menjadi negara terbesar pemasok barang impor ke Provinsi Aceh hingga Juni 2018 dengan nilai 2,32 juta dolar AS dibandingkan semester I tahun 2017.
</p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Kamis (9/8/2018), mengatakan, negara yang berjuluk "Kota Singa" ini telah memberi andil lebih separuh dari total barang non migas diekspor.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Tercatat andil impor dari Singapura sebesar 50,03 persen, terhadap total impor barang hingga semester I 2018 berjumlah 4,65 juta dolar AS," terangnya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Ia mengatakan, negara terletak di Utara khatulistiwa Asia Tenggara ini, telah mampu memainkan peran dalam menguasai perdangangan di Indonesia, khususnya di Aceh.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Aceh membutuhkan banyak barang, seperti kelompok komoditi garam, belerang, dan kapur, serta lain sebagainya dari negara cuma memiliki luas 719 kilometer persegi.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Diikuti Tiongkok di semester ini memberi andil 19,98 persen atau senilai 929.165 ribu dolas AS, andil Thailand 15,25 persen senilai 709.242 dolar AS, dan Malaysia 639.318 dolar AS memiliki andil 13,75 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kalau semester I 2017, Tiongkok yang paling besar dalam mengimpor barang ke Aceh dengan nilai sebesar 4,69 juta dolar AS, dan disusul India 2,42 juta dolar AS," kata dia.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Namun secara umum impor barang-barang non migas ke provinsi paling ujung Utara di Sumatra ini mengalami penurunan sebesar minus 72,63 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Data BPS Aceh tercatat hingga semester I 2018 negara impor terbesar keempat Turki dengan nilai 17.196 dolar AS, lalu India sebesar 14.038 dolar AS, Amerika Serikat 5.198 dolar AS, dan lain-lain.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Jika dibanding semester I tahun 2017, ada penurunan minus 72,63 persen atau sebesar 16,99 juta dolar AS," ucap Wahyudin.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Direktorat Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi tahun 2016 sempat mengungkapkan, alasan pengusaha Indonesia menimbun barang di Singapura karena tidak dikenakan pungutan bea masuk impor.</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kalau di Singapura tidak ada pungutan bea masuk, karena `transit point`. Sementara kalau didatangkan ke Indonesia, maka begitu sampai di Tanjung Priok harus bayar pajak dan bea masuk impor," ujar dia.</span></p>