Stan Kopi Aceh Raup Diserbu Pengunjung di Kendari

Minggu, 03 November 2019 10:14

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">KENDARI </span>- Stand Aceh yang memarkan produk Kopi Aceh diserbu pengunjung Hari Pangan Sedunia (HPS) yang dihelat di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara hingga dalam hitungan jam sudah meraup omzet Rp12 juta.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Pantauan dari arena pameran serangkaian HPS di Kendari, Sabtu (2/10/2019), peminat Kopi Aceh berbagai kalangan tanpa batas usia, laki-laki maupun perempuan.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Pemilik Gayo Gold Coffe, Ariga Wiyan Fadli (44) menggaet penggemar dengan menawarkan minuman gratis secangkir ukuran kecil setiap pengunjung.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Mulanya sepi tetapi setelah beberapa orang merasakan nikmatnya Kopi Aceh peminat terus bertambah hingga kewalahan melayani secara gratis," kata Fadli.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Gayo Gold Coffe dijual dalam berbagai kemasan, yakni Luwak Liar Gayo seharga Rp250 ribu/bungkus, Long Baary seharga Rp200 ribu/bungkus, Wine Coffe dan Pea Berry Rp150 ribu dan Arabica Spesciality gayo seharga Rp100 per bungkus.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Hasman (36) mengaku berminat belanja Kopi Aceh untuk membuktikan khasiatnya meningkatkan daya tahan tubuh.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Katanya Kopi Aceh untuk perkasa. Saya mau coba untuk membuktikan benar atau tidak," Hasman sembari tersenyum.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Sementara itu stand pameran Kalimantan Barat menampilkan Lidah Buaya (Aloevera) yang menghasilkan produk sirup, kripik, coklat, agar agar.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">Kasi Pengembangan Teknologi dan Informasi, Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Barat Erviyanto mengatakan bahan makanan yang diolah berbahan baku Lidah Buaya masih produksi rumahan.
</p><p style="text-align: justify; ">
</p><p style="text-align: justify; ">"Pemerintah mendukung kelompok usaha kecil atau produksi rumahan mengolah Lidah Buaya menjadi makanan. Ini menggairahkan ekonomi kerakyatan," kata Erviyanto.&nbsp;</p>