2.400 Warga Aceh Telah Lakukan Tes Cepat Virus Corona

Kamis, 09 April 2020 23:25

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH</span> – Pemerintah Provinsi Aceh menyatakan telah melakukan tes cepat COVID-19 terhadap 2.400 orang warga setempat, sedangkan targetnya 25 ribu warga.
</p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Sudah kita lakukan (tes cepat, red.) 2.400 orang, kira-kira baru 10 persen kalau target 25 ribu orang," kata Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Banda Aceh, Kamis (9/4/2020).&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Namun, kata dia, apabila alat untuk tes cepat mencukupi maka Pemerintah Aceh akan melakukan hal serupa terhadap 30 ribu hingga 40 ribu warga di provinsi yang memiliki total penduduk lima juta jiwa lebih tersebut.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; "><span style="background-color: transparent;">Ia mengatakan pemerintah akan langsung melakukan tes cepat kepada masyarakat Aceh, apabila telah mendapatkan alat yang memadai untuk tes tersebut.&nbsp;</span><span style="background-color: transparent;">Namun, Gubernur Nova tidak memerinci jumlah positif atau negatif dari 2.400 hasil tes cepat tersebut.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">"Rapid test (tes cepat) itu tes untuk memetakan potensi penularan (COVID-19, red.), bukan tes final," kata dia.
</p><p style="text-align: justify; ">Ia menjelaskan tes cepat untuk pemetaan penularan COVID-19.
&nbsp;<span style="background-color: transparent;">Apabila dalam tes tersebut, hasilnya terindikasi positif maka belum tentu positif COVID-19.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Selanjutnya, tim medis perlu mengonfirmasikan hasil dari tes cepat tersebut dengan tes sampel lendir (swab) dari tenggorokan pasien melalui laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR).&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Di situ baru dilihat positif atau negatif (COVID-19, red.). Karena banyak kejadian ketika 'rapid test' hasilnya positif, tapi ketika hasil swabnya ternyata negatif," katanya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Di Provinsi Aceh juga telah memiliki dua laboratorium PCR, yakni di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan milik Kementerian Kesehatan RI di Lambaro Kabupaten Aceh Besar.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Namun, kedua laboratorium PCR tersebut tidak dapat berfungsi, karena belum memiliki cairan reagen atau senyawa kimia untuk melakukan tes swab.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">&nbsp;</p>