Eksibisi Temporer Museum Tsunami Siap Warnai Agenda PKA VII

Rabu, 08 Agustus 2018 18:55

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH – </span>Meriahnya Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) VII terus terasa, sejumlah titik lokasi agenda terus mempersiapkan diri untuk menyukseskan hajatan akbar kebudayaan Aceh ini yang digelar empat tahun sekali.
</p><p style="text-align: justify; "><span style="background-color: transparent;">Tidak ketinggalan, Museum Tsunami juga akan ikut ambil bagian dalam salah satu agenda, yakni Eksibisi Temporer yang berlangsung mulai 8-15 Agustus di lantai 2 Ruang Pamer Temporer Museum Tsunami.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Amiruddin menyebutkan, adanya kegiatan eksibisi temporer dari Museum Tsunami tentu akan lebih mewarnai rangkaian dari PKA VII.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">“Tema dalam eksibisi yang diangkat pun sangat menarik, yakni dengan mengangkat kearifan lokal masyarakat Aceh yang ada di daerah Simeulue yang bertajuk “Smong” Message from The Past,” pungkasnya, Selasa (7/8/2018).&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Amiruddin juga menyebutkan, konsep pameran kali ini dikembangkan dengan teknik visual yang tidak biasa, tentunya dengan menggali informasi berdasarkan koleksi naskah kuno tentang Ie Beuna, Nandong Smong (Yopie dan Iga Mawarni), dan peristiwa gempa dan tsunami Aceh 2004.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">“Nilai-nilai edukasi kebencanaan diperjelas dalam gambar berwarna, diorama bergerak, dan layer-layer yang bercerita. Karena Museum Tsunami adalah museum dari memori kolektif masyarakat terhadap bencana, maka pameran ini lebih menguatkan kontennya kepada oral history bukan object history,” tuturnya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kebijakan mengangkat kearifan lokal, diakui oleh Koordinator Museum Tsunami, Hafnidar disebabkan belum adanya media display untuk Smong, Ie Beuna dan kisah bencana Aceh di museum.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">“Aceh memiliki kearifan lokal yang layak untuk mengedukasi dunia terhadap bencana, belajar dari masyarakat Simeulu yang turun temurun melestarikan budaya bertutur dalam syair tanpa henti,” akuinya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kehadiran agenda eksibisi yang digelar Museum Tsunami juga menjadi bagian untuk mengembalikan kembali museum ke fungsi dasarnya yang sesuai dengan paradigma baru permuseuman dunia.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">“Pameran ini adalah project pertama new management yang mengusung manajemen museum yang inklusif. Kedepannya pameran ini akan menjadi cikal bakal pengembangan media display di museum,” imbuh Hafni.[]</span></p>