Malik Mahmud dikukuhkan kembali sebagai Wali Nanggroe

Sabtu, 15 Desember 2018 08:25

<p style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">BANDA ACEH</span> – Mantan Perdana Menteri GAM Malik Mahmud kembali dikukuhkan sebagai Wali Nanggroe Aceh periode 2018-2023. Pengukuhan Malik Mahmud berlangsung dalam sidang paripurna DPR Aceh di Banda Aceh, Jumat (14/12/2018) malam, yang dipimpin Ketua DPR Aceh Sulaiman.<br><br>Sidang dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau Forkopimda, para pejabat Pemerintah Aceh serta tokoh masyarakat.<br><br>Ketua DPR Aceh Sulaiman mengatakan, sidang paripurna istimewa pengukuhan tersebut digelar berdasarkan surat permintaan Wali Nanggroe.<br><br>"Berdasarkan surat permintaan tersebut, kami memutuskan menggelar sidang paripurna pengukuhan Malik Mahmud sebagai Wali Nanggroe," kata dia.<br><br>Sulaiman menyebutkan, penetapan kembali Malik Mahmud sebagai Wali Nanggroe berdasarkan keputusan Tuha Peut dan Tuha Lapan Lembaga Wali Nanggroe.<br><br>"Kami berharap dengan pengukuhan kembali, Wali Nanggroe bisa memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat Aceh serta Aceh bisa lebih maju lagi ke depa," kata Sulaiman.<br><br>Sementara itu, Plt Gubernur ?Aceh Nova Iriansyah mengatakan, Pemerintah Aceh akan terus memperkuat Lembaga Wali Nanggroe, sehingga perannya lebih optimal.<br><br>"Lembaga Wali Nanggroe merupakan lembaga baru dan pelan-pelan disempurnakan. Dan harus diingat, Lembaga Wali Nanggroe tidak ada di tempat lain. Dan ini tentu menjadi kebanggaan masyarakat Aceh," kata Nova Iriansyah.<br><br>Lembaga Wali Nanggroe dipimpin oleh seorang Wali Nanggroe. Lembaga ini dibentuk berdasarkan nota kesepakatan damai RI dan GAM yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.<br><br>Berdasarkan nota kesepakatan, keberadaan Wali Nanggroe tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh serta turunannya qanun atau peraturan daerah.<br><br>Adapun prinsip Lembaga Wali Nanggroe di antaranya pemersatu independen dan berwibawa serta bermartabat. Pembina keagungan dinul Islam, kemakmuran rakyat, keadilan, dan perdamaian.<br><br>Kemudian, pembina kehormatan, adat, tradisi sejarah, dan tamadun Aceh. Serta pembina, pengawal, penyantun pemerintahan rakyat Aceh. <br></p>