Masjid Transmigrasi di Aceh Tengah Terbengkalai

Jumat, 01 Juni 2018 12:13

<p style="text-align: justify; "><span style="font-weight: bold;">ACEH TENGAH</span> – Pembangunan Masjid Islamic Center di wilayah transmigrasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) Ketapang, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, hingga saat ini terbengkalai.
</p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Kondisi masjid tersebut belum dapat difungsikan sebagai sarana tempat ibadah, sehingga menjadi keluhan warga di wilayah transmigrasi tersebut.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Terkait hal ini, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tengah, T Alaidinsyah, kepada wartawan, Kamis (31/5/2018), mengatakan pembangunan masjid tersebut terkendala dana sehingga baru rampung 75 persen.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Itu kita usulkan melalui APBN 2011, baru turun anggarannya 2016. Lalu ada beberapa kita revisi, sehingga di 2016 pembangunan fisik itu belum selesai seratus persen, karena anggarannya tidak cukup," tutur T Alaidinsyah.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Alaidinsyah menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan pembangunan masjid tersebut, pihaknya telah mencoba mengajukan penambahan anggaran ke kementerian terkait, namun belum terealisasi hingga saat ini.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Di 2017-2018 kita sudah usulkan kembali ke kementerian, tapi anggarannya belum ada. Hasil rapat kemarin di Batam, untuk kegiatan 2019 kita usulkan kembali, supaya masjid itu bisa selesai seratus persen," ujarnya.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Secara keseluruhan, kata Alaidin, pembangunan masjid tersebut hanya tinggal finising selain ada beberapa bagian utama bangunan yang harus diselesaikan pekerjaannya agar dapat difungsikan sebagai tempat ibadah.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Menurutnya beberapa bagian utama masjid yang harus diselesaikan pekerjaannya masih membutuhkan biaya miliyaran rupiah.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Penambahan anggaran yang kita usulkan Rp 2,5 milyar, karena itu untuk pagar, untuk turap, kan ada sebelah belakangnya itu harus diturap, kalau gak kita kan takut longsor, lalu untuk plafon, untuk lantai keramik, sama relif," sebut Alaidin.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Sementara hingga saat ini pembangunan masjid tersebut telah menghabiskan dana Rp 3,1 milyar lebih dari sumber dana APBN tahun 2016.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Walau telah mengajukan penambahan anggaran APBN untuk dapat menyelesaikan pembangunan masjid tersebut, Alaidin mengaku belum mengetahui kapan usulan itu akan terealisasi.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Karena ini kan usulan APBN, kita belum tahu apakah itu direalisasikan, karena di 2017 waktu itu katanya sudah ok, gak ada masalah supaya itu bisa difungsikan, siap seratus persen, tahu-tahu kebijakan keuangan di pusat ada beberapa kegiatan kan pengurangan anggaran waktu itu di kementerian, sehingga usulan kita yang di 2017-2018 tidak bisa tertampung," tutur Alaidin.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">Di sisi lain, masyarakat di wilayah transmigrasi tersebut selama ini mengeluhkan kondisi bangunan masjid yang terbengkalai tanpa adanya informasi yang jelas dari pihak terkait kapan pembangunannya dirampungkan.&nbsp;</span></p><p style="text-align: justify; ">
<span style="background-color: transparent;">"Kami berharap pembangunan masjid ini diselesaikan sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya," tutur Aman Rizki, warga setempat.</span></p>