Negara Bahrain Buka Peluang Binance Buka Bursa Kripto di Timur Tengah

Rabu, 23 Februari 2022 14:24

JAKARTA – Perusahaan pertukaran kripto terbesar di dunia, Binance pada Desember lalu memutuskan untuk mendirikan badan penasihat di Dubai. Kehadirannya diyakini akan jadi permata karena mencoba memposisikan dirinya sebagai pusat untuk aset digital.

Terlepas dari upaya itu, pusat kripto yang muncul ternyata bukan di Uni Emirat Arab (UEA). Binance bahkan tidak dilisensikan sebagai pertukaran di Dubai.

Dilansir CNN, Rabu (23/2/2022), baru-baru ini yang mendapat persetujuan prinsip untuk menjadi penyedia layanan aset kripto adalah Bahrain. Negara di kawasan Timur Tengah itu merupakan yang pertama dalam memberikan persetujuan peraturan kepada entitas Binance.

“Tidak seperti UEA, negara Teluk kecil itu memiliki peraturan perbankan untuk kripto dan itulah sebabnya perusahaan kripto di wilayah tersebut didirikan di sana,” kata Talal Tabbaa, CEO CoinMENA, sebuah bursa yang dilisensikan oleh Bank Sentral Bahrain (CBB).

Dengan menerima kripto sebagai metode pembayaran resmi, CBB memungkinkan bank-bank besar bekerja dengan bursa sehingga pelanggan dapat menarik dan menyetor uang mereka dengan mudah. Di sebagian besar negara, aset digital berada di bawah yurisdiksi regulator sekuritas, bukan bank sentral dan hanya El Salvador yang mengakui kripto termasuk Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.

Pendekatan CBB itu kontras dengan Bank Sentral Uni Emirat Arab (CBUAE) yang tidak mengakuinya sebagai alat pembayaran.

“Secara umum, sebagian besar kripto tidak diterima secara umum sebagai alat tukar di negara maju mana pun atau tidak untuk tujuan pembayaran umum,” kata CBUAE.

CoinMENA tidak sendirian di Bahrain. Rain, salah satu platform kripto terkemuka di Timur Tengah dengan volume perdagangan lebih dari US$ 1 miliar selama paruh pertama tahun 2021, juga berbasis di Bahrain dan dilisensikan oleh bank sentral.
“Menanggapi meningkatnya permintaan untuk aset kripto, Bank Sentral Bahrain telah menjadi salah satu pengadopsi awal Timur Tengah di ruang aset kripto,” kata Gubernur CBB Rasheed M Al-Maraj.

Negara lain lebih skeptis. China mengatakan pada September lalu bahwa semua aktivitas bisnis terkait kripto di negara itu ilegal, sementara Inggris membatasi operasi Binance.

Di sisi lain, industri kripto India sedang booming di kalangan investor muda. Meski begitu, pemerintah di sana belum memutuskan bagaimana mengatur industri tersebut dan kemungkinan akan tetap ada larangan.(*)

Berita Terkait